Senin, 30 Juni 2008

Tri Murti























Dewa dalam Hindu dan Asosiasi Makna


Dalam terminologi Hindu kita mengenal tiga kemahakuasaan Tuhan, yang kita sebut Tri Murti. Bagian pertama dari Tri Murti tersebut adalah Tuhan yang mewujud sebagai Brahma, yang berperan sebagai pencipta alam semesta beserta seluruh isinya. Lalu, bagian kedua mewujud sebagai Wisnu, yang berperan sebagai pemelihara ciptaan yang sudah ada tersebut. Yang terakhir mewujud sebagai Siwa, yang berperan sebagai pelebur (pengembali ke asal mula) bagi ciptaan-ciptaan yang dianggap sudah tidak berfungsi lagi.

Tiga peran Tuhan yang diwujudkan lewat Tri Murti tersebut dikenal dengan istilah Tri Kona, yaitu Utpeti, Sthiti dan Pralina (menciptakan, memelihara dan memusnahkan). Ini adalah siklus keabadian yang memang harus ada, guna menjaga keharmonisan dari semesta ini.

Perlu kiranya diberikan satu catatan tentang wujud Tuhan yang terakhir dalam Tri Murti itu, yaitu Siwa, yang berperan sebagai (banyak sebutan) pemusnah, pelebur, pendaur ulang, pengembali ke asal mula, Dewa Maut, Dewa Kematian dan sebagainya. Hal ini sering diasosiasikan oleh orang sebagai Dewa yang mengerikan, menyeramkan dan bahkan ada yang mengidentikkan sebagai Dewa yang menjadi biang kejahatan. Demikianlah konon, banyak orang yang hendak bersekutu dengan kejahatan lantas ia memuja Dewa Siwa. Hal itu saya pikir adalah salah kaprah. Kita jangan menganggap, baru tugas-Nya (peran-Nya) sebagai Dewa Pemusnah, dan seterusnya, kita lantas memberi-Nya cap sebagai Dewa yang jahat.

Bayangkan, andaikan yang ada hanya penciptaan dan pemeliharaan belaka dengan tanpa ada pemusnahaan, bisakah keharmonisan hidup terjaga? Jangan-jangan kita hidup bertumpuk-tumpuk seperti ikan pindang dalam satu keranjang, karena dunia ini begitu penuh sesak oleh penghuninya.

Lagi pula dalam filosofi Hindu yang namanya maut atau kematian atau kehancuran bukanlah akhir dari sebuah kehidupan, melainkan adalah bagian dari sebuah kehidupan. Untuk itu, sepatutnyalah bila ada kematian, taklah patut kita untuk bersedih hati (apalagi berkepanjangan). Tetapi terimalah itu dengan lapang hati, bila mungkin dengan senyuman dan perenungan bahwa pada akhirnya kita pun akan mengalami hal yang sama juga. Mungkin dengan demikian, kita akan sadar akan berbagai kekhilafan dan segera bergegas berbenah diri untuk kemdian dapat menyambut dengan senyuman datangnya maut itu.

Dewa-dewa dalam Tri Murti itu, masing-masing memiliki warna sebagai simbolik-Nya. Brahma warna simbolik merah, Wisnu warna simbolik hitam dan Siwa warna simbolik putih. Bila kemudian dalam beberapa tahun terakhir ini, kita sering saksikan banyak dari umat Hindu, bila melayat ke tempat kematian, menggunakan busana serba hitam, katanya sebagai ungkapan turut berduka cita, menurut saya adalah kurang tepat. Karena kalau kita sebagai umat Hindu, yang berpijak pada filosofi Hindu (dan ini sudah seharusnya) adalah tidak benar hitam itu lambang duka atau simbolik dari kematian. Karena Dewa Kematian itu adalah Siwa yang warna-Nya adalah putih. Semestinya umat yang datang ke tempat kematian menggunakan busana serba putih.

Dalam hal ini, kita sebagai umat Hindu, harus punya satu prinsip atau kepribadian yang berangkat dari satu dasar pijakan yang jelas, jangan ikut-ikutan. Jangan menggunakan sesuatu, karena orang lain menggunakan sesuatu itu, tanpa kita tahu apa arti dari menggunakan sesuatu itu, karena itu adalah kebodohan dan kebodohan adalah sesuatu yang berbahaya.

Tidak ada komentar:

Dewa vishnu and dewi lakshmi

Dewa vishnu and dewi lakshmi
Dewa pemelihara

Ganesha

Ganesha
Dewa keberhasilan

Deva Tri Murti

Deva Tri Murti
Deva Brahma, Visnu, Siva